Selasa, 24 Juli 2012

KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DITINJAU DARI PARAMETER BAKTERI Escherichia Coli (E. coli)

KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DITINJAU DARI PARAMETER BAKTERI Escherichia Coli (E. coli)

Disusun oleh : BAYU PANJI AJI
PROGRAM PASCA SARJANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
INTISARI


Penurunan kualitas air tanah yang terjadi di daerah penelitian menjadi sorotan utama penelitian ini yaitu tercemarnya air oleh bakteri golongan Coliform, permasalahan ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pola hidup masyarakat. Pencemaran dan Penurunan kualitas air tanah disebabkan oleh buangan limbah domestik yang meningkat. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui kepadatan penduduk, aktifitas penduduk, sistem sanitasi/sistem pembuangan limbah rumah tangga serta jumlah bakteri golongan Coliform yang terkandung dalam air tanah pada sumur sampel di daerah penelitian serta memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.
Penelitian dilaksanakan dengan cara pengujian di laboratorium, observasi lokasi, kuisioner, serta wawancara. Metode uji yang digunakan untuk parameter jumlah bakteri E. coli menggunakan metode uji APHA 9221-B Ed. 20-1998, dengan perhitungan jumlah bakteri E. coli menggunakan Tabel Most Probable Number (MPN). Pengambilan sampel dilakukan pada sejumlah titik sampel  pada waktu yang ditentukan. Sedangkan untuk kuisioner menggunakan analisa sensus.
Hasil penelitian dan pemeriksaan untuk bakteri golongan coliform di daerah penelitian, dapat diketahui dan disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteri E. coli adalah aktifitas penduduk, pembuangan limbah rumah tangga melalui saluran pembuangan limbah penduduk, dan juga konstruksi ring sumur.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian dan penanganan yang khusus baik oleh masyarakat maupun pemerintah agar dapat terciptanya kualitas air tanah yang memenuhi standar kualitas sanitasi, baku mutu lingkungan serta mencegah terjadinya pencemaran kualitas air tanah tersebut.

1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Dalam pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus terus diperhatikan segenap pengguna air termasuk juga oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sehingga pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi permasalahan kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan juga permasalahan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, termasuk penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).
Penurunan kualitas air yang terjadi ada yang disebabkan tercemarnya air sumur oleh bakteri golongan Coliform yang diakibatkan dari kepadatan penduduk, buruknya sistem pembuangan limbah masyarakat, pembuatan Wc, septik tank dan sumur resapan yang kurang memenuhi persyaratan dengan baik ditinjau dari kualitas maupun tata letaknya terhadap sumber pencemar. Hal ini dapat dilihat pada penelitian jumlah bakteri E.coli dimana pada sumur gali yang ada di Sekolah MAN II Talang Rimbo dan industri kopi cap Gelas Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu jumlah E.coli yaitu >2400 MPN/100ml atau dapat beresiko tinggi karena ambang baku mutu bakteri E.coli adalah 50 MPN/100ml (Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Bengkulu, Dinas Kesehatan Proinsi Bengkulu, 2005).
Dalam penelitian ini air tanah diambil dari sumur di daerah penelitian dengan batasan daerah yang jelas seperti dalam satu daerah kelurahan. Alasan pemilihan lokasi dilihat dari masih banyak warga yang menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari baik masak, mandi, kakus dan sebagainya. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut, maka akan semakin meningkat pula kebutuhan air bersih yang selanjutnya akan cenderung menghasilkan air buangan dalam jumlah yang meningkat pula. Dan apabila sanitasi masyarakat kurang baik maka akan terjadi pencemaran lingkungan, salah satunya akan mengakibatkan meningkatnya jumlah bakteri E. coli dan Total Coliform.
Salah satu cara mengetahui penyebaran bakteri E. coli dan Total Coliform yaitu dilakukan kajian penyebaran bakteri golongan Coliform. Kajian penyebaran bakteri golongan Coliform, dilaksanakan dengan mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisa data untuk mempermudah dalam menentukan objek yang akan dikaji.
Dengan membuat kajian yang jelas terhadap jumlah bakteri E. coli dan Total Coliform serta faktor-faktor lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi bakteri tersebut dalam berkembang biak dapat diketahui dan dikurangi dampak yang ditimbulkan oleh bakteri E. coli dan Total Coliform pada sumur sampel di daerah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah hubungan aktifitas penduduk, kepadatan penduduk dan sistem pembuangan limbah penduduk terhadap kualitas air tanah atau sumur sampel ?
  2. Berapakah jumlah bakteri E. coli yang terkandung dalam air tanah pada sumur sampel ?
  3. Bagaimana korelasi atau hubungan antara aktifitas penduduk, kepadatan penduduk dan sistem pembuangan limbah penduduk terhadap jumlah bakteri E. coli pada sumur sampel ?
1.3 Batasan Masalah
Dari rumusan masalah maka agar penelitian ini dapat berjalan sesuai prosedur, maka  batasan masalah pada penelitian ini adalah :
  1. Pada penelitian ini air tanah diambil dari sumur sampel di daerah penelitian.
  2. Parameter yang akan di uji adalah jumlah bakteri E. coli..
  3. Metode analisa jumlah bakteri E. coli dengan menggunakan MPN ( Most Probable Number).
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
  1. Memperoleh dan mengetahui bagaimana data tentang aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, dan sistem pembuangan limbah penduduk yang ada di daerah penelitian.
  2. Memperoleh dan mengetahui data jumlah bakteri E. coli yang terkandung dalam air tanah atau sumur yang ada di daerah penelitian.
  3. Untuk mengetahui bagaimana korelasi atau hubungan antara aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, dan sistem pengelolaan limbah penduduk terhadap jumlah bakteri E. coli pada air tanah atau sumur sampel yang ada di daerah penelitian.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Meningkatkan keilmuan peneliti dalam bidang analisis kualitas air tanah.
  2. Memberikan data mengenai kualitas air tanah pada daerah penelitian.
  3. Dapat mengetahui permasalahan yang terjadi terhadap kualitas air tanah di daerah penelitian.
  4. Dapat mengetahui korelasi aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, dan sistem sanitasi/sistem pembuangan limbah penduduk terhadap jumlah bakteri E. coli serta kualitas air tanah atau sumur pada daerah penelitian.



















Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup sehingga harus dikelola dan dilestarikan dengan baik. Permasalahan utama yang dihadapi sumber daya air meliputi permasalahan kuantitas dan kualitas air. Permasalahan yang dihadapi kualitas air tanah dapat disebabkan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, aktifitas penduduk dan sistem sanitasi/sistem pembuangan limbah rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui data tentang aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, sistem pembuangan limbah rumah tangga yang ada serta dapat mengetahui korelasi atau hubungannya dengan kadar jumlah bakteri E. coli yang ada pada sumur sampel.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keilmuan peneliti dalam bidang analisis kualitas air tanah. Memberikan data mengenai kualitas air tanah dan mengetahui permasalahan yang terjadi terhadap kualitas air tanah di daerah penelitian serta dapat mengetahui korelasi aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, dan sistem sanitasi atau pembuangan limbah penduduk terhadap jumlah bakteri E. coli serta kualitas air tanah atau sumur sampel yang ada di daerah penelitian.
Dari segi kualitas, air harus memenuhi persyaratan baik fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Dalam pemenuhan syarat kualitas air harus diperhatikan karakteristik fisik perairan, kualitas air alamiah dan juga karakteristik akifer. Karakteristik akifer mempunyai peranan dalam proses dalam pembentukan air tanah sehingga perlu diperhatikan tipe akifer dan zona akifernya. Arah aliran air tanah dapat ditentukan dengan metode ”three Point Problem” atau dengan cara membuat garis lurus terhadap garis kontur air tanah. Prinsip dasar dalam membuat arah aliran air tanah yaitu pergerakan air dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Arah aliran tanah tersebut disebabkan gerakan air tanah karena potensi kelembaban total dan kemiringan dua titik atau lokasi dalam lapisan tanah.
Objek penelitian ini yaitu kepadatan penduduk, aktifitas penduduk, sistem pembuangan limbah rumah tangga dan jumlah bakteri E. coli serta hubungannya dengan memperhatikan kriteria-kriteria kualitas air tanah. Penelitian dimulai dengan studi pustaka, penyusunan proposal, penelitian serta penyusunan laporan. Variabel bebas penelitian yaitu sumur dangkal yang meliputi lokasi sumur, jarak sumur terhadap pencemar, dan konstruksi sumur, sedangkan variabel terikat yaitu kepadatan penduduk, aktifitas penduduk, sistem sanitasi/pembuangan limbah rumah tangga serta kandungan jumlah bakteri E. coli.
Alat dan bahan penelitian dibagi dalam jenis dan proses penelitian yaitu proses sampling serta proses pemeriksaan jumlah bakteri E. coli dengan metode tabung fermentasi (MPN). Tahapan penelitian meliputi jenis penelitian, penentuan titik lokasi penelitian, pengumpulan data, pelaksanaan penelitian dan prosedur penelitian selanjutnya dianalisa dan untuk penelitian parameter jumlah bakteri E. coli menggunakan metode uji APHA 9221-B Ed. 20-1998.
Dari penelitian dapat dihasilkan data tentang titik lokasi sampel, penghitungan elevasi air tanah, jawaban kuisioner yang telah dibagikan kepada penduduk, serta nilai jumlah bakteri E. coli yang ada pada sumur sampel di daerah penelitian. Dalam penganalisaan data primer dapat diketahui data kependudukan, tingkat sosila ekonomi dan pendidikan masyarakat, status rumah dan fasilitas umum, sistem sanitasi serta persepsi atau pengetahuan masyarakat tentang sanitasi.
Analisa terhadap kadar jumlah bakteri E. coli dilaksanakan secara deskriptif dengan pertimbangan baku mutu air bersih sesuai Golongan I Peraturan Pemerintah  RI Nomor 82 Tahun 2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteri E. coli yaitu jarak septictank jauh, aktifitas penduduk sekitar yang tidak banyak melibatkan penduduk seperti pertanian, pembuangan limbah rumah tangga melalui saluran pembuangan yang sesuai dengan kriteria, dan konstruksi ring sumur.
Kepadatan penduduk menyebabkan lahan banyak digunakan untuk pemukiman dan pembangunan sehingga jarak antar rumah semakin dekat serta perkarangan rumah juga menjadi semakin sempit. Perkarangan rumah yang sempit menyebabkan penduduk banyak yang membuat septictank di rumahnya dengan letak dekat sumur air bersih. Kepadatan penduduk juga menyebabkan semakin tingginya aktifitas penduduk yang berakibat pada meningkatnya jumlah limbah rumah tangga penduduk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk tersebut. Aktifitas penduduk dapat mempengaruhi kualitas air tanah karena semua aktifitas penduduk dapat menghasilkan limbah domestik yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat aktifitas penduduk yang banyak melibatkan penduduk berarti semakin banyak limbah domestik yang dihasilkan penduduk dan menyebabkan semakin besar dampak yang akan ditimbulkan terhadap kualitas air tanah/sumur yang ada di sekitarnya. Sedangkan pada aktifitas penduduk yang tidak melibatkan banyak penduduk seperti aktifitas pertanian limbah yang dihasilkan tidak banyak sehingga kurang mempengaruhi kualitas air tanah disekitarnya. Sistem sanitasi/sistem pembuangan limbah rumah tangga penduduk merupakan hal yang penting dalam menjaga kualitas air tanah karena sistem pembungan limbah yang tidak baik akan menyebabkan kontaminasi terhadap kualitas air tanah. Kondisi sistem pembuangan limbah yang buruk ini dapat menyebabkan tingginya kontaminasi dan pengaruh terhadap kualitas air sumur serta dapat menyebabkan tingginya jumlah bakteri E. coli di daerah penelitian.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian dan penanganan yang khusus baik oleh masyarakat maupun pemerintah agar dapat terciptanya kualitas air tanah yang memenuhi standar kualitas sanitasi, baku mutu lingkungan serta mencegah terjadinya pencemaran kualitas air tanah tersebut.

3.1  Kesimpulan

  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteri E. coli yaitu jarak septictank jauh, aktifitas penduduk sekitar yang tidak banyak melibatkan penduduk seperti pertanian, pembuangan limbah rumah tangga melalui saluran pembuangan yang sesuai dengan kriteria, dan konstruksi ring sumur.
  2. Aktifitas penduduk yang tinggi dan beragam akan meningkatkan jumlah dan jenis limbah rumah tangga yang dihasilkan sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tanah.
  3. Sistem sanitasi/pembuangan limbah rumah tangga penduduk berpengaruh terhadap kualitas air tanah karena sistem sanitasi/pembuangan limbah rumah tangga penduduk yang kurang baik menyebabkan jumlah bakteri E. coli di lokasi penelitian tergolong tinggi.
  4. Konstruksi ring sumur dapat menahan laju aliran pembawa bakteri golongan Coliform agar tidak dapat dengan cepat dan mudah mengontaminasi air sumur.
3.2   Saran

  1. Kondisi air tanah di daerah penelitian perlu mendapatkan perhatian. Untuk tahap awal adalah pembuatan resapan air hujan, sehingga dapat menyuplai air tanah dan akan menurunkan konsentrasi unsur-unsur yang tidak didinginkan.
  2. Pembuatan septictank dengan saluran penutup (perpipaan) kemudian dilanjutkan pengolahan dan peresapan perlu ditingkatkan perlu ditingkatkan khususnya di daerah yang memiliki banyak penduduknya.
  3. Pemerintah Daerah dan masyarakat harus lebih memperhatikan permasalahan sanitasi yang ada ehingga dapat dikembangakan pembangunan sistem sanitasi secara komunal bagi masyarakat karena banyak warga yang kurang mampu dari segi ekonomi untuk membangun sarana sistem sanitasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts dan Santika., 1984, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya, Indonesia
Anonim, 1991, Kumpulan SNI Kualitas Air, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta
Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Bengkulu, Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu, 2005
Direktorat Geologi Geotek LIPI, Air tanah, Geohidrologi, Bandung.
Effendi, 2003, Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta.
Fardiaz, 1992, Polusi Air dan Udara, Kanisius, Yogyakarta
KLH, 2004, Dampak pencemaran air, Jakarta.
Lay, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Gravindo Persada, Jakarta
PencemaranLing.Online, 2003, Pencemaran air, http://www.tlitb.org/plo/air.hmtl.
Permenkes No.416/Menkes/IX/1990, Permenkes untuk air bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum. RPJMD Yogyakarta 2007-2011
Santika, 1984, Metoda Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya
Soeparman, Suparmin, 2002, Suatu Pengantar Pembuangan Tinja Dan Limbah Cair, EGC, Jakarta.
Sutrisno, 1996, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.

Kesenjangan Daya Dukung Antara Wilayah Perkotaan Dan Pedesaan








Kesenjangan Daya Dukung Antara Wilayah Perkotaan Dan Pedesaan
Oleh : Bayu Panji Aji

Ø PENDAHULUAN
Pembangunan dan perkembangan suatu kota saat sekarang ini sering berbanding terbalik dengan perkembangan wilayah pedesaan. Hal ini disebabkan pembangunan yang terpusat ke wilayah kota sebagi pusat dari segala kegiatan baik ekonomi, pendidikan, kesehatan, hiburan dan lain-lain. Sehingga hal ini menyebabkan kesenjangan antara pembangunan baik fasilitas maupun infrastruktur yang da di wilayah kota dan pedesaan. Perbedaan fasiltas dan infrastruktur seperti fasilitas kesehatan, tempat hiburan dan juga fasilitas umum yang lainnya.
Perkembangan kota yang meningkatkan perekonomian akan menghasilkan pendapatan yang jauh lebih tinggi dari penduduk yang ada di perkotaan karena tingkat kebutuhan masyarakat perkotaan yang semakin meningkat dan beragam. Selain itu akan semakin banyak dan beragam juga jenis pekerjaan yang dibutuhkan di wilayah perkotaan akan menarik perhatian penduduk yang berada di wilayah pedesaan untuk pindah ke wilayah perkotaan atau yang biasa disebut Urbanisasi.
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk menetap di wilayah perkotaan tersebut. Urbanisasi banyak terjadi pada saat sekarang ini, karena pengharapan dari penduduk pedesaan untuk memperbaiki kehidupan dan meraih keuntungan yang lebih baik dari pada tetap berada di wilayah pedesaan.
Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah penduduk di wilayah perkotaan yang secara langsung berdampak pada wilayah tersebut. Dampak yang terjadi dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kebutuhan akan tempat tinggal yang secara tidak langsung berdampak pada lingkungan yang ada di wilayah perkotaan. Sehingga banyak terjadi permasalahan lingkungan yang ada di perkotaan seperti peningkatan limbah domestik, berkurangnya wilayah perkebunan dan persawahan karena berubah menjadi pemukiman warga.
Selain itu perpindahan penduduk dari wilayah pedesaan ini akan menyebabkan wilayah pedesaan yang ditinggalkan kekurangan tenaga untuk mengembangkan wilayah desa tersebut. Sehingga banyak lahan di wilayah pedesaan yang tidak mampu mengembangkan lahan yang ada di wilayah pedesaan baik itu untuk pertanian, peternakan dan perkebunan. Hal ini akan menyebabkan perkembangan dan pembangunan di wilayah pedesaan semakin tertinggal dengan wilayah yang ada di wilayah perkotaan.
Urbanisasi dapat meningkatkan memperbaiki penghidupan dan perekonomian penduduk pedesaan dengan bekerja di kota. Akan tetapi bila urabnisasi yang terjadi terlalu tinggi maka akan membebani lingkungan yang ada di perkotaan selain itu akan semakin membuat permaslahan di kota semakin kompleks. Sehingga urbanisasi di perlukan dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan wilayah perkotaan agar tercipta kondisi yang lebih baik baik itu di pedesaan dan di perkotaan sebagai duatu wilayah kesatuan yang kesemuanya harus dibangun demi mempertahankan perkembangan dan pembangunan di setiap wilayah.

Ø PEMBAHASAN
Urbanisasi dapat menyebabkan ketidaksatabilan lingkungan yang ada di wilayah yang ada di perkotaan dan dilingkungan pedesaan. Hal ini dilihat dari semakin beratnya beban lingkungan perkotaan akibat berkurannya lahan hijau karena berubah jadi lahan pemukiman masyarakat selain itu juga diakibatkan oleh jenis limbah yang beragam dan meningkat jumlahnya. Sedangkan di wilayah pedesaan lahan banyak yang tertinggal dan tidak terawatt akibat ditinggal penduduknya yang urbanisasi ke wilayah perkotaan sehingga lingungan desa tersebut tidak dapat berfugsi secara maksimal dan semakin tertinggal dari wilayah perkotaan.
Urbaniasasi yang terjadi disebabkan oleh karena berbagai hal atau kondisi yang sangat berbeda antara apa yang terjadi di wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan diantaranya Kesenjangan Daya Dukung antara wilayah perkotaan dan pedesaan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Natural Capital)
Kesenjangan daya dukung antara wilayah perkotaan dan pedesaan yang terjadi dapat dilihat dari factor sumber daya alam dan lingkungan dimana pada wilayah perkotaan walapun telah terjadi kerusakan yang berlangsung sangat lama akan tetapi akan diatasi dengan segala sumber dana yang berasal dari pajak dimana yang ikut membayar pajak juga masyarakat di wilayah pedesaan. Sedangkan bila di wilayah pedesaan walaupun kerusakan yang terjadi belum parah tetapi masyarakat sulit mengatasinya sehingga hanya menunggu adanya perhatian dari pemerintah pusat.
·                     Infrastruktur Fisik Dan Ekonomi (Infrastructural Capital)
Perkembangan infrastruktur fisik dan ekonomi juga merupakan bentuk kesenjangan daya dukung perkotaan dan pedesaan, dimana pada wilayah perkotaan perkembangan yang sangat pesat sehingga telah mendekati kejenuhan dan terjadi penurunan kualitas dan tidak terperhatikan pemeliharaannya sedangkan di wilayah pedesaan perkembangan infrastruktur  fisim dan ekonomi masih lemah dan perkembangannya lambat.
·                     Modal Finansial (Finacial Capital)
Dari sisi modal finansial yang ada di perkotaan relatif kuat dan cenderung semua kegiatan dinilai dengan uang sehingga semua kegiatan pasti punya nilai ekonomis yang menyebabkan banyak sektor yang dapat menjadi lahan pengahasilan sedangkan yang terjadi di pedesaan modal financial sangat lemah dan hanya banyak menggunakan ekonomi barter.
·                     Modal Sosial Dan Budaya
Modal sosial dan budaya yang terjadi di perkotaan relatif lemah karena terjadi social distance dan ketidaktaatan kepada hukum sehingga tingkat kriminal yang terjadi semakin meningkat dan beragam pula jenis kriminal yang terjadi di wilayah perkotaan. Di wilayah pedesaan modal sosial dan budaya sebagian masih kuat; namun mulai tererosi dan sulit diangkat lagi karena dengan adanya perkembangan dan pembangunan walaupun masih terasa sangat lambat perkembangan tersebut.
·                  Jaringan Masyarakat Madani (Civil Society)
Perkotaan Secara horisontal relatif kuat, secara vertikal  melemah, pedesaan Secara horisontal relatif kuat, secara vertikal mulai melemah
·                  Politik, Pemerintahan Dan Keamanan
Perkotaan Tidak stabil tetapi dengan energi sosial relatif tinggi, pedesaan Relatif stabil tetapi dengan energi sosial yang relatif lemah
Inovasi Teknologi
Inovasi teknologi yang ada di perkotaan juga relatif tinggi tetapi hanya terserap secara terbatas sedangkan di wilayah pedesaan dilandaskan pada indegeneous knowledge berasal dari kekayaan publik relatif lemah.

Ø PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahsan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.       Urbanisasi merupakan proses perpindahan penduduk dari wilayah pedesaan ke wilayah perkotaan yang salah satunya disebabkan oleh kesenjangan daya dukung antara yang ada di wilayah pedesaan dengan yang ada di wilayah perkotaan.
b.                  Urbanisasi menyebabkan ketidakstabilan lingkungan baik yang ada di wilayah perkotaan dan pedesaan.
c.            Kesenjangan daya dukung lingkungan antara wilayah pedesaan yang ada di perkotaan dan pedesaan disebabkan berbagai faktor yaitu Sumberdaya alam dan lingkungan, Infrastruktur fisik dan ekonomi, Modal finansial, Modal sosial dan budaya, Modal Sosial Dan Budaya, Jaringan masyarakat madani, kondisi Politik, pemerintahan dan keamanan, serta Inovasi teknologi.
d.                  Urbanisasi dapat menimbulkan dampak negatif maupun positif
e.  Urbanisasi terjadi karena keinginan setiap individu/sekelompok masyarakat menginginkanperubahan yang lebih di dalam hidupnya.
f.           Pada daerah/wilayah yang perkonomiannya maju, biasanya memiliki tingkat urbanisasi yangtinggi pula.
g.          Urbanisasi kebanyakan terjadi pada daerah/wilayah yang menjadi pusat ekonomi, sosial,budaya dan pemerintahan.
h.                  Pulau Jawa masih mendominasi tingkat urbanisasi di Indonesia.
Saran
a.       Perlu kebijakan baru tentang kependudukan yang dapat mengatur proses migrasi dan urbanisasi tanpa mengurangi hak-hak dari mereka sebagai warga negara.
b. Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat urbanisasi adalah menciptakan lapangan pekerjaanbaru di wilayah pedesaan

Ø DAFTAR PUSTAKA
·         Tri Pranadji. 2010. Pengembangan Daerah Penyangga Sebagai Pengendalian Arus Urbanisasi. http://pse.litbang.deptan.go.id
·      Tjodronegoro, S. M. P. 1990. Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa. PRISMA, X
·         Muslih Taufiqurrahman. 2009. Urbanisasi Pasca Lebaran. http: jtnmustlo.wordpress.com.
· UNESCAP. 2008. Panduan Ringkas Untuk Pembuat Kebijakan 1, Urbanisasi. http://ciptakarya.pu.go.id.
·    Nindya Afriana, N. 2010. Urbanisasi Pasca Lebaran. Program sarjana Sistem Informasi Universitas Gunadarma. http://www.scribd.com
· Izal. 2010. Urbanisasi dan Momentum Penanganan Anak Jalanan. http://kesehatan.kompasiana.com.
·         BAPPENAS. 2009. Pelestarian Sumber Daya Air dan Urbanisasi. http://www.bappenas.go.id.
·         Ratna, Diah Ayu. 2008. Kajian Konversi Lahan Akibat Urbanisasi Wilayah Di Kabupaten Tegal. Universitas Diponegoro.
·         Joko, S. 2009. Desa Produktif Tekan Pengangguran dan Urbanisasi. Jakarta. Mengutak-atik Urbanisasi Berkelanjutan. http://bataviase.co.id
·         Felecia,  P, A. 2008. Tren urbanisasi di indonesia. Program Studi Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. http://ejournal.unud.ac.id.
· Agus Santosa. 2009. Modernisasi, Industrialisasi, & Urbanisasi. http://agsasman3yk.wordpress.com.

Senin, 23 April 2012

PERSOALAN BANJIR DAN SOLUSI PENANGANANNYA


PERSOALAN BANJIR DAN SOLUSI PENANGANANNYA

OLEH : BAYU PANJI AJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Indonesia sudah teridentifkasi sebagai negara rawan bencana. Tidak bisa dipungkiri karena beberapa tahun terakhir ini, bencana memang sering terjadi mulai dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun bencana karena kesalahan manusia (human error). Kesalahan manusia yang menyebabkan bencana seringkali tidak disadari, hal ini karena kultur pembangunan di Indonesia yang hanya business oriented tanpa memperhatikan aspek lingkungan (sustainable development). Bencana akibat kesalahan manusia yang sering terjadi di Indonesia adalah bencana banjir. Setiap musim penghujan tiba banyak daerah yang terkena banjir seperti Kota Semarang dihadapkan dengan masalah adanya banjir. Selain di Kota semarang banjir juga terus melanda Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia, banjir di Kota Jakarta dan Kota Semarang datang setiap tahunnya. Keadaan yang seperti ini akan sangat mengganggu perkembangan Kota Jakarta dan Kota Semarang. Selain akan mengakibatkan kerugian secara materiil, banjir menimbulkan kesan ketidaknyamanan dan mengganggn aktivitas sehingga akan mengganggu pertumbuhan kota.
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda. Kerugian akibat banjir adalah perhitungan kerusakan bangunan, kehilangan barang berharga, hingga opportunity cost saat semua orang tidak bisa masuk kerja dan sekolah. Banjir tidak dapat dicegah, namun hanya dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya. Berhubung datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat dan tepat.
 Pada umumnya, pembangunan lingkungan pemukiman akan menghindari kawasan yang rentan terhadap banjir. Sejalan dengan pertumbuhan kota dan permasalahan lahan, daerah perumahan baru dan pusat–pusat kegiatan komersial berkembang dan meluas ke arah daerah yang rentan banjir yang sebelumnya dihindari. Selain itu, kebutuhan lahan yang meningkat tajam, tentunya mempengaruhi harga lahan di perkotaan. Bagi masyarakat yang mampu, hal ini bukanlah sebuah permasalahan pelik, namun masyarakat kota tidak hanya terdiri dengan masyarakat berpenghasilan menengah keatas (the have) saja, melainkan juga terdapat kaum-kaum miskin (the have not) yang juga butuh tempat tinggal. Pemenuhuan kebutuhan kaum miskin/ berpenghasilan rendah untuk bertempat tinggal mempunyai area tersendiri, dimana area tersebut mempunyai nilai lahan yang terjangkau namun tentunya dengan fasilitas dan kondisi yang seadanya bahkan cenderung ‘buruk’ yang sering disebut sebagai kawasan kumuh. Kawasan kumuh ini mempunyai permasalahan terhadap kondisi sosial ekonomi yang rendah dan degradasi lingkungan. Keadaan lingkungan yang buruk mengakibatkan suatu kawasan rawan akan bahaya dan bencana, yaitu bencana banjir, resiko kebakaran dan penyakit endemik. Persoalan bencana banjir ini perlu penanganan khusus dan harus lebih diperhatikan dengan mencari solusi dan penanganan yang tepat agar dapat terciptkan kehisupan yang lebih baik.

BAB I
ISI
2.1.   Macam-Macam Jenis Banjir
Bencana banjir yang terjadi terbagi menjadi berbagai jenis yaitu sebagai berikut :
·                Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau got, sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus hingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
·                Banjir “Cileuncang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun, banjir cileuncang ini disebabkan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau got-got di sekitar rumah warga.
Jika banjir air bisa terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileuncang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
·                Banjir bandang
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir bandang. Tak hanya banjir dengan materi air, tapi banjir yang satu ini juga mengangkut material lain berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air, karena seseorang tidak akan mampu berenang di tengah-tengah banjir jenis ini untuk menyelamatkan diri.
Tak hanya itu, banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasanya terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah.
Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu bisa merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.

·                Banjir rob (laut pasang)
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungai yang seharusnya mengalir ke laut. Karena jumlah air sungai yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.
·                Banjir lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika terjadi erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya.
Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan bisa meluber ke pemukiman warga.
·                Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan lumpur biasa, tapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya.
Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.
Itulah beberapa contoh macam-macam banjir yang terjadi di permukaan bumi. Semua banjir memiliki efek yang sama. Dampak buruk banjir tentu saja bisa merusak pemukiman warga, terutama banjir bandang dan juga banjir lumpur.

2.2.       Penyebab Terjadinya Bencana Banjir
Bencana banjir dapat diakibatkan oleh faktor alam dan juga disebabkan karena ulah manusia itu sendiri. Hal ini dapat dilihat seperti permalahan bencana banjir akibat luapan Sungai Citarum di wilayah Kabupaten Bandung yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari sehingga membuat air dalam sungai meluap. Selain itu hal ini juga tidak lepas dari terjadinya penyempitan kali yang disebabkan bangunan di bantaran kali memberi kontribusi penyebab banjir.
Banjir terjadi juga dapat terjadi karena air limpasan “macet”. Macetnya air limpasan terjadi karena kapasitas air limpasan melebihi saluran yang dapat menampungnya dan kecepatan mengalirnya air di saluran tidak lebih cepat dari curah hujan. Dalam istilah teknik ini yang disebut Debit Air. Debit air adalah volume air yang mengalir per satuan waktu, dengan satuannya m3/detik. Macetnya air limpasan bisa terjadi karena debit air hujan > debit air di saluran. Volume air hujan per detik lebih banyak daripada volume air per detik yang dapat dialirkan lewat saluran. Oleh karena itu air meluap dari saluran ke jalan, bahkan bila luapannya terlalu tinggi air akan masuk ke pemukiman. Dan air limpasan ini pada akhirnya mengalir ke sungai. Luapan sungai Ciliwung (untuk kasus Jakarta) sudah pasti mengakibatkan banjir di daerah aliran sungai.
Selain itu penyebab air adalah semakin minim resapan air, karena semakin hari semakin banyak pembangunan terutama di Kota-kota besar. Pembangunanpembangunan seperti Gedung, mall, pemukiman, bahkan jalan-jalan di kampung yang diubah menjadi beton akan mengurangi resapan air. Daerah rawa yang tadinya berfungsi sebagai daerah resapan air diubah menjadi pemukiman beton. Karena itu tidak heran banjir di Kota Besar semakin tahun akan makin parah, karena resapan air makin tahun makin berkurang, yang menjadikan ini sebagai dampak negatif dari pembangunan. Oleh karena itu penting untuk memahami hal ini sebelum menyusun solusi untuk mengatasi banjir.
Banjir bandang seperti di Daerah Wasior Propinsi Papua dapat terjadi sebagai akibat dari rusaknya ekologis, yang didalamnya akibat pembabatan hutan, legal maupun illegal. Banjir memang dipicu oleh hujan. Sekalipun tanpa hujan, banjir bandang ini bisa saja terjadi akibat jebolnya DAM atau bendungan yang menahan genangan air. Hal yang kadang kurang luput dari pengamatan kita berkaitan dengan hak perlindungan dan keselamatan adalah early warning atau peringatan dini. Sebagai upaya kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana. Selain juga, pengetahuan tentang ancaman bencana yang ada, kemampuan meminimalisasi risiko dan kesiapan menghadapi kondisi kritis (emergency).
Banjir yang kerap melanda berbagai wilayah di Indonesia juga dapat disebabkan karena sistem drainasi di wilayah tersebut yang buruk. Serta perkembangan pemukiman yang tidak terkendali di daerah sekitar aliran sungan yang menyebabkan meningkatnya volume sampah yang dibuang ke badan sungai.
Penyebab dari bencana banjir baik yang disebabkan alam dan ulah manusia sebenarnya memperlihatkan bahwa kurangnya kesadaran manusia itu sendiri akan pentingnya menjaga lingkungan.

2.3.       Solusi Persoalan Banjir
Persoalan banjir merupakan persoalan bersama yang harus dilakukan secara tepat dan baik demi kehidupan yang lebih baik dan nyaman. Solusi persoalan banjir dapat dilakukan dengan mewujudkan sistem drainase kota yang dapat memberikan alternatif penyelesaian masalah banjir. Melalui penerapan lubang resapan dengan teknik Biopori ini, dapat dilakukan konservasi air, sehingga air dapat disimpan di dalam tanah. Diharapkan pada musim kemarau tidak terjadi kekeringan dan sebaliknya di musim hujan tidak banjir. Lebih jauh lagi, sampah rumah tangga yang selama ini disia-siakan pengelolaannya dan seringkali menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir besar di kota Jakarta, dapat dikendalikan, bahkan bisa menjadi kompos sehingga lingkungan akan menjadi lebih hijau, bersih, indah, nyaman dan aman.
Minimnya ruang terbuka hijau, membuat limpahan air hujan langsung terbuang. Masalah ini dapat diatasi jika setiap bangunan memiliki sumur resapan, sehingga air tidak melimpah ke sungai dan saluran air, sekaligus juga menjadi cadangan air tanah.
Penghijauan Lingkungan sebagai area resapan air dan paru-paru kota. Selain itu, ada juga Sewer System yang dilengkapi tanki raksasa. Tanki raksasa itu digunakan sebagai penampung cadangan guna mengantisipasi debit air yang berlebih. Solusi banjir juga dapat dilakukan dengan pembangunan waduk dank anal. Serta yang tidak kalah penting adalah menghargai lingkungan sekitar kita dan juga daerah aliran sungai seperti jangan membuang dampah di daerah alisarn sungai. Karena itu penting memiliki rencana strategis dalam menangani masalah banjir demi mengurangi dan menghindari daerah dari bencana benjir.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.   Kesimpulan
Bencana banjir merupakan bencana yang sering terjadi di wilayah Indonesia ini. Permasalahan banjir ini akan mengakibatkan kerugian secara materiil, banjir menimbulkan kesan ketidak nyamanan dan mengganggn aktivitas sehingga akan mengganggu pertumbuhan kota.
Banjir terdiri dari berbagai jenis banjir seperti banjir air, banjir cileuncang, banjir bandang, banjir rob, banjir lahar dingin dan banjir lumpur. Bencana banjir dapat diakibatkan oleh faktor alam dan juga disebabkan karena ulah manusia itu sendiri. Bencana banjir dapat juga disebabkan faktor faktor akibat luapan Sungai, sistem drainasi yang buruk, dari rusaknya ekologis, yang didalamnya akibat pembabatan hutan, legal maupun illegal dan lain-lain.
Solusi permasalahan bencana banjir dapat dilakukan dengan membuat drainase yang baik, sewr system, pembangunan waduk dan kanal, membuat sumur resapan,membuat lubang biopori dan lain-lain.

3.2.   Saran
Bencana banjir merupakan persoalan bersama sebaiknya dilakukan kebijakan strategis untuk menyelesaikan persoalan banjir ini, serta diperlukan koordinasi yang baik antar pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah dalam menyatukan persepsi dan mencari solusi tentang persoalan banjir. Sehingga diharapkan akan tercipta solusi yang baik dalam penanganan masalah banjir tersebut.
Selanjutnya diperlukan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan dan darah aliran sungai sehingga masyarakat tidak akan membuang sampah dan limbah rumah tangga ke badan sungai yang menyebabkan penyempitan badan aliran sungai tersebut. Selanjutnya di perlukan tata ruang dalam pembangunan kota yang baik dan terus mempertahankan penghijauan lingkungan yang ada karena sangat penting bagi perespan air.

DAFTAR PUSTAKA

·          Anggy Nur Weyga. 2010. Penyebab Dan Solusi Dari Banjir. http://www.scribd.com.
·                Anneahira. 2010. Macam-Macam Banjir. http://www.anneahira.com/macam-macam-banjir.htm
·                Ashraf Ali. 2010.  Kanalisasi sebagai Solusi Mengurangi Banjir. http://www.progresifjaya.com.

·                Bappeda Kota Baru. 2003. Survey dan Desain Penanggulangan Banjir Kota Kotabaru. http://www.bappeda-kotabaru.info

·                Bataviase.2010. Penanganan Banjir Luapan Sungai Citarum Harus Dimulai dari Hulu. http://bataviase.co.id.
·                Bandung detik. 2010. Gubernur Jabar Tunjuk Pemerintah Pusat Soal Solusi Banjir http://bandung.detik.com.
·                BBWSCC .2010. BKT, Bukti Kemampuan Bangsa Indonesia. http://bbwsciliwungcisadane.com.
·                Benhan. 2010. Banjir Jakarta, Salah Foke?. http://benhan8.wordpress.com
·                Berita Indonesia. 2010. Jakarta Butuh Lebih dari Solusi Banjir. http://www.beritaindonesia.co.id/berita-utama
·                Berita Indonesia. 2010. Bebas Banjir Impian Seumur Hidup http://www.beritaindonesia.co.id/berita-utama/jakarta-butuh-lebih-dari-solusi-banjir/page-2
·                Cawi Setiawan, 2010. Penghijauan Lingkungan Sebagai Solusi Utama Agar Jakarta Tidak Terkena Banjir Besar Lagi . http://infosayangibumi.blogspot.com
·                Duta Masyarakat online. 2010. Cikarang Langganan Banjir Warga Desak Pemkab perbaiki drainase. http://www.dutamasyarakat.com/artikel-31810-warga-desak-pemkab-perbaiki-drainase.html
·                Forum bebas. 2010. Soal Banjir?? Paling Enak Salahkan Alam!!.http://www.forumbebas.com/thread-144016.html
·                Gatra. 2010. Penyelesaian Masalah Banjir Harus Strategis. http://www.gatra.com/2009-01-15/artikel.php?id=122057
·                Home Serve.2010. Banjir Kerusakan. http://www.homeserve.com/advice/problems-flood.
·                Indri Novitaningtya. 2010. Keterkaitan kemampuan masyarakat dan bentuk mitigasi banjir di kawasan pemukiman kumuh (studi kasus: kelurahan tanjungmas, kec. Semarang utara kota semarang. http://eprints.undip.ac.id.
·                Liputan 6 Online. 2010. Sewer System Solusi Masalah Banjir di Jepang.  http://tekno.liputan6.com/berita/201011/306559/Sewer.System.Solusi.Masalah.Banjir.di.Jepang
·                Oasezam. 2009. Solusi banjir dengan membuat lubang Biopori. http://oasezam.wordpress.comSofyan. 2010. DILEMA PENANGANAN BENCANA. Http : //bencana ekologia.blogspot.com
·                Persi. 2010. Buat Sumur Resapan! Kebijakan Anti Banjir yang Terlupakan.  http://www.pdpersi.co.id
·                Rileks on line. 2010. Peduli Banjir & Global Warming Erhalogy Kembangkan Teknik Biopori. http://www.rileks.com.
·                Saratri Wilonoyudho. 2010. Jalan Kaligawe dan Investasi. http://www.suaramerdeka.com/harian/0602/20/opi03.htm
·                Solusi Jaang. 2010. Nusyirwan tentang Banjir Lebih Realistis. http://www.kaltimpost.co.id
·                Umar Syadat Hasibuan. 2010. Green Politics dan Penyelesaian Persoalan LH di Indonesia. http://www.ymp.or.id.
·                Wahyu. 2010. Banjir Jakarta Perlu Solusi Terintegrasi. http://wahyuancol.wordpress.com.